KONFORMITAS

Konformitas berarti penyesuaian diri dengan masyarakat dengan cara

mengindahkan norma dan nilai masyarakat.
( Soerjono Soekanto, 2000 )

Jon M Shepard mendefinisikan Conformity sebagai

“the type of social interaction in which an individual behaves toward others in ways expected by the group”.

Jadi konformitas adalah seseorang berperilaku terhadap orang lain sesuai dengan harapan merupakan bentuk interaksi yang di dalamnya kelompok.

( Kamanto Sunarto, 2004 )

“ Conformity is a change in behavior or belief as a result of real or imagined group of pressure “

Konformitas tidak hanya bertindak atau bertingkah laku seperti yang orang lain llakukan tetapi juga terpengaruh bagaimana orang lain bertindak

( Kiesler & Kiesler, 1969, p.2 )

Laki-laki cenderung berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan dari laki-laki dan perempuan berperilaku seperti harapan orang dari perempuan. Berperilaku sebagai laki-laki atau perempuan lebih disebabkan karena identitas diri sebagai laki-laki atau perempuan yang diberikan kepada kita melalui sosialisasi.

Bayi laki-laki dan bayi perempuan diperlakukan berbeda, diberikan pakaian berbeda,diberi mainan berbeda (henslin,1997).

Muzafer Sherif (1966) yang dikutip oleh Zanden (1979) melakukan eksperimen di Columbia University, para subyek penelitian adalah 2 orang mahasiswa yg diminta memperkirakan jarak gerak suatu titik cahaya di layar dalam suatu ruang gelap. Di kala eksperimen dilakukan dengan masing-masing subjek secara terpisah, jawaban-jawaban yang diberikan cenderung berbeda satu dengan yang lain. Namun manakala eksperimen dilakukan dengan beberapa orang subyek sekaligus dan para subjek dimungkinkan untuk saling mempengaruhi, maka jawaban subyek cenderung sama.Dari eksperimen ini Sherif menyimpulkan bahwa dalam situasi kelompok orang cenderung membentuk suatu norma sosial.

Dari hal itu pula disimpulkan bahwa menurut M. Sherif, konformitas berarti keselarasan,kesesuaian perilaku individu-individu anggota masyarakat dengan harapan-harapan masyarakatnya, sejalan dengan kecenderungan manusia dalam kehidupan berkelompok membentuk norma sosial.

Contoh : Pola memberi sumbangan, pelanggaran lalu lintas, dll.

Dari uraian mengenai berbagai pengertian “konformitas” di atas, dapat disimpulkan bahwa konformitas adalah suatu bentuk sikap penyesuaian diri seseorang dalam masyarakat/kelompok karena dia terdorong untuk mengikuti kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang sudah ada.

II. Jenis Konformitas

a. Compliance : konformitas yang benar-benar bertentangan dengan keinginan kita, dilakukan untuk mendapat hadiah atau menghindari hukuman.

b. Acceptance : Ada beberapa hal yang dapat kita jadikan alasan untuk melakukan konformitas tersebut, tidak sepenuhnya kita ingkari.

III. Kapan manusia melakukan konformitas?

a. Ketika keputusan sudah dibuat atau pokok bahasan yang dibicarakan dirasa tidak kompeten

b. Konformitas tinggi pada saat tiga atau lebih orang dalam grup kohesif, unanimous mempunyai status sosial yang tinggi.

(kohesi = merasa/mengikat, unanimous = suara bulat/kesepakatan)

IV. Alasan orang melakukan konformitas :

a. Keinginan seseorang untuk memenuhi harapan orang lain atau mengupayakan penerimaan/ penyesuaian diri ( normative influence)

b. Perilaku orang lain memberikan informasi yang bermanfaat

( informational influence)

Dalam masyarakat yang homogen dan tradisional, konformitas warga masyarakat adalah kuat. Misalnya di desa-desa yang terpencil dimana tradisi dipelihara dan dipertahankan dengan kuat, maka warga masyarakat desa tersebut tidak mempunyai pilihan lain kecuali mengadakan konformitas terhadap kaedah-kaedah serta nilai-nilai yang berlaku. Di dalam masyarakat desa yang terpencil, apabila seseorang mendirikan rumah maka dia akan meniru bentuk-bentuk rumah yang telah ada dan telah terinstitusikan bentuknya, sedangkan yang mendirikan rumah dengan bentuk yang berbeda dengan pola tersebut akan dicela oleh para anggota masyarakat yang lain.

Konformitas di kota-kota sangat kecil karena kaidah-kaidah di dalam kota mengalami perkembangan dan perubahan sehingga proses institusionalisasi sukar terjadi apabila dibandingkan dengan masyarakat yang ada di desa. Bahkan konformitas di kota besar sering kali dianggap sebagai hambatan terhadap kemajuan dan perkembangan. Konformitas biasanya menghasilkan ketaatan dan kepatuhan.

Institusionalisasi : suatu proses yang dilewati oleh sesuatu norma kemasyarakatan yang baru untuk menjadi bagian dari salah satu lembaga kemasyarakatan.

Konformitas terbentuk secara ketat di bawah tekanan( pressure) untuk memenuhi permintaan masyarakat /satu orang kepada orang lain. Hal ini bisa ditegaskan dengan contoh sebagai berikut:

Di suatu suku yang penduduknya disebut sebagai “trobrianders”dalam memenuhi kebutuhan, mereka mengadakan pertukaran barang-barang ekonomi. Mereka yang hidup”inland village” menyediakan sayur-sayuran untuk ditukarkan dengan ikan dan sebaliknya mereka yang tinggal di tepi pantai/ “ coastal community” membayar dengan ikan. Sistem permintaan yang timbal balik ini memaksa salah satu pihak untuk membayar kapan saja ia menerima pemberian dari pihak-pihak yang lain. Awalnya, secara nominal pemberian itu ditawarkan secara bebas, tapi sekarang dipantau dengan penghitungan yang sangat hati-hati, barang yang diberi dan diterima harus seimbang nilainya dan membawa keuntungan bagi kedua belah pihak. Contoh lain adalah kehidupan sosial “trobrianders” mengenai pernikahan dan keluarga. Dalam suatu keluarga terdapat kewajiban “resiprok” , Saudara laki-laki harus menyediakan nafkah untuk makan kepada saudara perempuan, tetapi suami saudara perempuan tersebut harus mengembalikan berupa pemberian secara periodik.

Norma-norma timbul dalam masyarakat karena diperlukan sebagai pengatur dalam hubungan antara seseorang dengan orang lain atau antara seseorang dengan masyarakatnya. Diadakannya norma-norma serta peraturan lain bermaksud untuk menciptakan conformity dari anggota masyarakat terhadap nilai-nilai yang berlaku di dalam masyarakat. Dalam masyarakat yang homogen dan tradisionil conformity dari anggota masyarakat adalah sangat kuat. Misalnya di desa terpencil dimana tradisi dipelihara dan dipertahankan dengan kuat, anggota masyarakat desa tersebut tdk mempunyai pilihan lain daripada mengadakan conformity terhadap norma serta nilai yang berlaku. Di dalam masyarakat desa yang terpencil misalnya apabila seseorang mendirikan rumah, maka dia akan meniru bentuk-bentuk rumah yang telah ada .Yang mendirikan rumah dengan bentuk berbeda akan dicela oleh anggota masyarakat lainnya.

Norma yang berlaku secara turun temurun sama saja dari generasi ke generasi berikutnya tanpa banyak mengalami perubahan. Ukuran yang dipakai adalah ukuran yang telah dipakai oleh nenek moyangnya dulu. Norma-norma dalam kota juga selalu mengalami perkembangan dan perubahan. Maka conformity di daerah-daerah kota juga sangat keji.

V. Hal-hal yang mempengaruhi adanya Konformitas

(David O. Sears, Jonathan L.Freedman, L.Anne Peplau , 1985)

a. Kurangnya Informasi

Orang lain merupakan sumber informasi yang penting. Seringkali mereka mengetahui sesuatu yang tidak kita ketahui; dengan melakukan apa yang mereka lakukan, kita akan memeperoleh manfaat dari pengetahuan mereka.

b. Kepercayaan terhadap kelompok

Dalam situasi konformitas, individu mempunyai suatu pandangan dan kemudian menyadari bahwa kelompoknya menganut pandangan yang bertentangan. Individu ingin memberikan informasi yang tepat. Oleh karena itu, semakin besar kepercayaan individu terhadap kelompok sebagai sumber informasi yang benar, semakin besar pula kemungkinan untuk menyesuaikan diri terhadap kelompok.

c. Kepercayaan diri yang lemah

Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi rasa percaya diri dan tingkat konformitas adalah tingkat keyakinan orang tersebut pada kemampuannya sendiri untuk menampilkan suatu reaksi. Semakin lemah kepercayaan seseorang akan penilaiannya sendiri, semakin tinggi tingkat konformitasnya. Sebaliknya, jika dia merasa yakin akan kemampuannya sendiri akan penilaian terhadap sesuatu hal, semakin turun tingkat konformitasnya.

d. Rasa takut terhadap celaan sosial

Celaan sosial memberikan efek yang signifikan terhadap sikap individu karena pada dasarnya setiap manusia cenderung mengusahakan pesetujuan dan menghindari celaan kelompok dalam setiap tindakannya. Tetapi, sejumlah faktor akan menentukan bagaimana pengaruh persetujuan dan celaan ibi terhadap tingkat konformitas individu.

e. Rasa takut terhadap penyimpangan

Rasa takut dipandang sebagai orang yang menyimpang merupakan faktor dasar hampir dalam semua situasi sosial. Kita tidak mau dilihat sebagai orang yang lain dari yang lain, kita tidak ingin tampak seperti orang lain. Kita ingin agar kelompok tempat kita berada menyukai kita, memperlakukan kita dengan baik dan bersedia menerima kita.

f. Kekompakan kelompok

Konformitas juga dipengaruhi oleh eratnya hubungan antara individu dengan kelompoknya. Kekompakan yang tinggi menimbulkan konformitas yang semakin tinggi.

g. Kesepakatan kelompok

Orang yang dihadapkan pada keputusan kelompok yang sudah bulat akan mendapat tekanan yang kuat untuk menyesuaikan pendapatnya. Namun, bila kelompok tidak bersatu akan tampak adanya penurunan tingkat konformitas.

h. Ukuran kelompok

Konformitas akan meningkat bila ukuran mayoritas yang sependapat juga meningkat, setidak-tidaknya sampai tingkat tertentu. Namun, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wilder (1977) disimpulkan bahwa pengaruh ukuran kelompok terhadap tingkat konformitas tidak terlalu besar, melainkan jumlah pendapat lepas (independent opinion) dari kelompok yang berbeda atau dari individu merupakan pengaruh utama.

i. Keterikatan pada penilaian bebas

Orang yang secara terbuka dan bersungguh-sungguh terikat suatu penilaian bebas akan lebih enggan menyesuaikan diri terhadap penilaian kelompok yang berlainan. Atau dengan kata lain keterikatan sebagai kekuatan total yang membuat seseorang mengalami kesulitan untuk melepaskan suatu pendapat.

j. keterikatan terhadap Non-Konformitas

Orang yang, karena satu dan lain hal, tidak menyesuaikan diri pada percobaan-percobaan awal cenderung terikat pada perilaku konformitas ini. Orang yang sejak awal menyesuaikan diri akan tetap terikat pada perilaku itu.

  1. No trackbacks yet.

Leave a comment